Merancang rumah walet.
Bentuk rumah walet dewasa ini
memiliki beragam model dan desain disebabkan oleh pengaruh dari teknik-teknik
pengelolaan yang makin modern dalam mengembangkan kemajuan budidaya walet.
Secara garis besar, pembagian rumah walet berdasarkan antara lain pada: -
Ukuran luas bangunan rumah walet. - Model polosan atau sekat-sekatan. - Rumah
satu tingkat atau lebih. Elemen pokok yang terdapat dalam rumah walet antara
lain terdiri dari:
- Lubang pintu masuk orang.
- Lubang masuk burung (LMB).
- Lubang antar lantai (LAL) atau
Void.
- Lubang antar ruang (LAR).
- Lubang inlet dan outlet udara atau
Air Ventilation (AV).
Elemen pendukung yang terdapat dalam
rumah walet antara lain:
- Sekat dinding untuk membagi ruang
per ruang.
- Lagur atau sirip tempat walet
membuat sarang.
- Bak penampung air (kolam air) atau
mesin pengabut.
- Sound system. - Sarang imitasi.
- Fan
- Mechanical & Electrical (ME).
Pembagian ruangan-ruangan di dalam
rumah walet antara lain:
- Adaptation Room (AR)
- Roving Room (RR).
- Nesting Room (NR).
- Equipments Room (ER).
- Extra feeding production room
(EFR).
Pada prinsipnya, rumah walet
dibangun dengan tujuan agar walet mau masuk kemudian menginap dan betah untuk
tinggal sehingga pada akhirnya membuat sarang seperti yang diharapkan. Untuk
mewujudkan hal ini dibutuhkan perencanaan awal yang matang. Idealnya adalah
menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan desain rumah walet yang
baik. Bukan sebaliknya, desain rumah walet disesuaikan dengan Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP) yang seadanya. Memaksakan berdirinya sebuah bangunan rumah
walet yang seadanya bisa berakibat terjadinya bongkar pasang yang pada akhirnya
menjadi suatu pemborosan. Tidak ada ukuran standar luas bangunan rumah walet
maupun model desainnya. Namun meski demikian, prinsip dasar dalam menentukan
ukuran luas minimal rumah walet tidak boleh diabaikan. Prinsip dasar ini
berdasarkan pada kemudahan-kemudahan yang diperlukan oleh burung walet untuk
melakukan manuver terbangnya. Baik secara horizontal maupun kecenderungan
terbang secara vertical. Memberikan kemudahan pada walet untuk melakukan
manuver terbangnya bukan berarti harus membuat ruangan selapang-lapangnya.
Ruangan yang berukuran relatif besar bisa berakibat burung baru akan sering
berpindah-pindah tempat. Walet akan lebih lama menemukan tempat yang cocok
untuk membuat sarang. Dan bisa menjadi fragile karena burung akan
terpisah-pisah satu sama lain.
Adaptation Room (AR)
adalah suatu ruangan yang berfungsi sebagai living adjustment sebelum walet
berani melakukan eksplorasi lebih ke dalam dan dapat mencegah walet cepat
keluar "tanpa merasa dijebak". Sebagai ruang perantara atau ruang
transisi, maka sifatnya adalah optional. Jika memungkinkan, maka boleh dibuat.
Roving Room (RR)
adalah ruang yang pertama kali dijelajahi oleh walet setelah melewati LMB.
Sebenarnya tidak ada faktor signifikan yang membedakan antara Roving Room
dengan Nesting Room, kecuali bila pada RR tersebut tidak diberikan sarana
pendukung seperti pada NR. Dan memberikan perlakuan yang berbeda di antara
keduanya, menurut pandangan saya itu adalah sebuah kekeliruan. Hal ini bisa
dilihat pada contoh bentuk desain rumah walet minimalis, dimana RR dan NR
menjadi satu dan tidak memiliki lubang antar lantai (LAL). Apabila terjadi
pengembangan luas bangunan rumah walet akibat populasi yang mulai padat, apakah
perlakuan terhadap ruangan tersebut akan berubah dan berbeda (karena berubah
nama menjadi RR) dengan ruangan yang baru dibangun (NR)? Lantas kenapa pada
rumah walet yang sudah mempunyai ruangan RR dan NR yang terpisah sejak awal
tidak diperlakukan hal yang sama di antara keduanya? Karena kebanyakan orang
menganggap bahwa RR adalah tempat numpang lewat walet menuju NR.
Nesting Room (NR)
boleh dibilang sebagai tempat tujuan akhir setelah walet melakukan eksplorasi
terhadap rumah walet. Oleh sebab inilah, maka NR mendapatkan porsi lebih dalam
perlakuannya. Segala cara diupayakan di ruangan ini agar walet mau tinggal dan
menginap selamanya serta mau membuat sarang seperti yang diharapkan semua
penangkar walet. Di ruangan ini pula segala aplikasi yang diterapkan diamati
dengan seksama. Mulai dari pola nesting plank dan bahan material yang
dipakainya, suara walet yang dibunyikan, sampai dengan perubahan iklim mikro
yang terjadi di dalamnya.
Equipments Room (ER)
adalah ruang yang digunakan untuk menyimpan segala peralatan yang berkaitan
dengan pengelolaan rumah walet, seperti; peralatan untuk panen sarang walet,
sound system, dan alat-alat lainnya agar tidak mudah rusak karena pengaruh
kelembaban yang tinggi.
Extra feeding production room (EFR) dipersiapkan bila ada rencana untuk memproduksi sendiri
serangga yang diternak sebagai makanan tambahan bila memasuki musim kemarau.
Lubang masuk burung (LMB)
adalah termasuk elemen yang terpenting dari rumah walet. Merencanakan ukuran
dan posisi peletakan LMB tergantung pada lokasi dan desain rumah walet itu
sendiri. Seperti pada lokasi yang bebas dari predator pemangsa walet (seperti
burung hantu) bisa dibuat dengan ukuran yang relatif lebih besar. Untuk mengetahui
posisi peletakan LMB yang paling baik, bisa dibuatkan LMB pada tiap-tiap sisi
dindingnya lebih dahulu. Setelah mengetahui posisi LMB yang paling efektif
dimasuki burung walet, maka lubang-lubang lainnya dapat ditutup kembali.
Apabila terdapat lebih dari satu LMB yang sama-sama efektif, maka perlu
disesuaikan kembali desain tata ruangnya agar tidak terjadi
"kebocoran". Kebocoran yang dimaksud di sini adalah burung yang masuk
dari LMB yang satu, tidak cepat keluar lagi lewat LMB yang lain. Jika penyesuaian
desain tata ruang tidak memungkinkan, maka sebaiknya dipilih satu saja LMB yang
terbaik.
Lubang antar lantai (LAL)
adalah bagian dari salah satu elemen rumah walet yang menghubungkan ruang pada
lantai yang satu dengan ruang pada lantai yang lainnya. [Baca: Antara Lubang
Masuk Burung (LMB) dan Lubang Antar Lantai (LAL).] Lubang antar lantai (LAL)
pada rumah walet bertingkat, ukuran dan posisinya ditentukan oleh ukuran
ruangan tersebut dan ketinggian plafondnya. Dibandingkan dengan LMB, maka LAL
mempunyai kelemahan bila dilihat dari sisi kemudahan walet melakukan manuver
terbangnya. Tanpa elemen pendukung, maka walet-walet baru yang melakukan
eksplorasi di tempat tersebut akan relatif lama beradaptasinya. Penggunaan
suara walet dan pemasangan tweeter yang tepat adalah elemen pendukung yang
paling tepat untuk menuntun walet-walet baru tersebut menyusuri dan melewati
LAL.
Lubang antar ruang (LAR)
adalah bagian yang lain dari elemen rumah walet yang menghubungkan ruang yang
satu dengan ruang yang lainnya pada satu lantai yang sama. LAR bisa dibuat
relatif lebih kecil (baca: sempit) ukurannya daripada LAL karena cara manuver
terbangnya yang sama seperti ketika memasuki LMB.
Lubang inlet dan outlet udara atau Air Ventilation (AV) adalah lubang-lubang kecil yang dibuat pada dinding untuk
keperluan mengatur keseimbangan kondisi suhu dan kelembaban di dalam rumah
walet agar sesuai dengan habitat walet. Fungsi lain dari Lubang ventilasi
adalah dapat menciptakan pola aliran udara sedemikian rupa di dalam rumah walet,
sehingga dapat membantu mengarahkan burung masuk lebih ke dalam. Oleh karena
itu jumlah lubang udara (AV) sangat relatif, tergantung pada kebutuhan yang
disesuaikan dengan desain rumah waletnya.
Sekat Dinding
dibutuhkan pada rumah walet yang berukuran cukup besar sebagai pembatas/pemisah
ruangan. Sekat-sekat ini bukan hanya sekedar untuk membagi ruang per ruang,
tetapi juga berfungsi untuk menstabilkan suhu dan kelembaban di dalam rumah
walet, mencegah terjadinya cross ventilation, mengurangi intensitas cahaya yang
masuk, meredam polusi suara dari luar rumah walet, mempermudah burung menghapal
tempat sarangnya, dan lain sebagainya.
Lagur atau sirip
merupakan sarana tempat walet membuat sarang. Penataan polanya mengikuti tata
ruang rumah walet yang ada. Lagur ini bisa dibuat dari beberapa bahan material,
seperti; kayu, beton cor, aluminium, dan lain sebagainya. Lebarnya mulai dari
12cm hingga 20cm. Jarak antar lagurnya pun bervariasi, mulai dari 20cm hingga
50cm. Pola pemasangan nesting plank sangat beragam, namun yang paling umum
dipakai peternak walet adalah model kotak-kotak (kotak tahu) dan model
garis-garis sejajar. Ada juga pola model piramid terbalik atau model susun anak
tangga terbalik. Apapun bahan material dan bentuk modelnya, nesting plank harus
memiliki sifat yang kokoh, kasar permukaannya dan tahan lama. Untuk mempercepat
dan mempermudah burung-burung muda belajar membuat sarang untuk pertama
kalinya, maka sebaiknya diberikan sarana tambahan pada nesting plank tersebut
berupa sarang buatan (imitasi) atau potongan dari styrofoam atau apapun yang
dapat menjadi dudukan pondasi awal sarang walet. Bisa juga dibuatkan alur
(groove) pada nesting plank tersebut. Treatment pada nesting plank akan
menentukan berhasil tidaknya pengembangan populasi di kemudian hari.
Bak penampung air (kolam air) atau mesin pengabut sangat membantu untuk menaikkan kadar
air di udara pada rumah walet di kawasan beriklim panas. Kelembaban (RH) yang
mencapai kestabilan ideal sangat mempengaruhi walet dalam membuat sarangnya.
Terlalu kering atau terlalu lembab akan menyulitkan walet membuat sarang.
Selain itu juga akan berakibat menurunkan grade sarang.
Sound system
saat ini sudah menjadi jantung dalam budidaya walet. Bahkan boleh dibilang,
tanpa ada sound system di rumah walet maka bukanlan sebuah rumah walet.
Demikian penting perannya, sehingga elemen pendukung yang satu ini banyak
mendapatkan porsi perhatian yang paling besar, sehingga kemajuan
perkembangannya dalam teknik dan aplikasinya sangat pesat. Mulai dari yang
konvensional sampai yang modern. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit.
Maka bila kita berbicara soal sound system dan suara walet, tentunya akan
menyita waktu yang sangat panjang dan seolah-olah tidak ada habisnya.
Pengalaman panjang saya mengamati
suara walet selama bertahun-tahun belum tuntas hingga kini. Selalu ada yang
baru dan baru terus. Awal mula saya mengenal penggunaan sound system dalam
dunia perwaletan masih dengan sistem suara mono. Maksudnya, lagu suara walet
yang digunakan untuk suara panggil (suara luar) sama jenis lagu suaranya dengan
suara untuk di dalam rumah walet (suara inap). Kemudian maju setahap lebih
maju, yaitu lagu suara walet untuk memanggil walet berbeda dengan lagu suara
walet untuk membuat walet mau menginap. Perkembangan berikutnya adalah, lagu
suara panggil memakai dua lagu suara walet yang berbeda, begitu juga untuk
suara inap memakai sedikitnya dua macam lagu suara walet. Dan belakangan ini,
teknik tata suara walet sudah memanfaatkan teknik surround. Aplikasi teknik
surround dalam dunia perwaletan berbeda dengan aplikasi teknik surround seperti
dalam home theater.
Dalam dunia walet, tidak dibatasi
oleh sistem 5.1 atau 7.1, tetapi bisa mencapai belasan bahkan puluhan tweeter.
Tergantung kesanggupan sang composer dalam membuat lagunya. Hal ini memang
masih baru dan belum lazim diterapkan dalam dunia budidaya walet. Dibandingkan
dengan sistem tata suara walet yang sederhana, tentu saja sistem tata suara
walet dengan menggunakan teknologi surround akan memiliki selisih yang jauh dalam
hal besarnya biaya. Tingkat kesulitan dalam pembuatannya pun juga jauh lebih
rumit. Sebandingkah efektifitas yang dihasilkannya? Hal ini pun belum pernah
dipublikasikan. Bagi penangkar walet yang merasa "sudah puas" dengan
apa yang ada, tentu teknik tata suara walet seperti ini tidak akan diminati.
Sumber Dari : Madifas Wiftlet